Tahun 2008 bisa dikatakan sebagai periode yang suram dunia. Betapa tidak, krisis keuangan di AS yang dipicu oleh krisis subprime mortgage (terjadi akibat macetnya kredit property). Celakanya, karena hubungan patronase yang sedemikian lekat antara pasar keuangan AS dan dunia, imbas negatif juga terjadi di negara-negara lain. Salah satu channel penularan adalah melalui harga saham dan pertanian. Kerugian bank-bank internasional akibat krisis subprime mortgage pada awalnya menimbulkan penurunan kurs Dollar AS terhadap mata uang Euro dan Yen. Jatuhnya valuasi saham di AS selanjutnya memicu penurunan harga saham di seluruh dunia karena investor khawatir pelemahan ekonomi AS akan berdampak pada pelambatan ekonomi dunia.
Spektrum dan dimensi krisis ekonomi pun telah secara agresif bergerak ke berbagai penjuru dan bidang-bidang kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan militer masyarakat dunia. Krisis telah mengunci miliaran rakyat miskin di dunia dalam kesengsaraan, kekerasan dan perang, wabah penyakit dan keterbelakangan budaya. Gejolak politik akibat kenaikan harga telah terjadi di berbagai kawasan dunia.. Gelombang protes massa pun membayangi kawasan-kawasan dunia lainnya. Di Zimbabwe, krisis harga yang bertemu dengan momentum krisis politik dalam pemilu setempat telah memicu aksi-aksi kekerasan terhadap oposisi. Sementara di Indonesia, kegelisahan yang tak berkesudahan akibat kenaikan harga pangan sudah mulai diaktualisasikan dalam aksi – aksi politik yang dilakukan oleh para mahasiswa, buruh dan kaum tani.
DAMPAK KRISIS GLOBAL
Dampak
krisis keuangan AS menjalar ke Eropa dan Asia Pasifik dalam bentuk bangkrutnya
bank/institusi keuangan/korporasi, meningkatnya inflasi, menurunnya pertumbuhan
ekonomi, meningkatnya pengangguran, dan runtuhnya indeks bursa saham. Di
Indonesia, krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan
valas. IHSG anjlok dari angka 2.830 menjadi 1.111, atau turun lebih dari 60%.
Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076
hingga sempat hampir menembus Rp 13.000. Krisis global
berpengaruh besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara singkat, krisis
global mempengaruhi penanaman modal asing di Indonesia. Banyak investor asing
yangg mempermasalahkan krisis global dan mempertimbangkannya masak-masak
sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi atau membeli saham di Indonesia. Dampak ke dua adalah dalm forex / pertukaran mata uang asing, yang secara
otomatis berpengaruh pada impor / expor negara Indonesia.
Dampak krisis finansial global mulai merembes ke sektor riil di Tanah Air.
Sejumlah sektor industri, di antaranya menjadi tumpuan ekspor, mulai merasakan
kemerosotan kinerja akibat terpuruknya permintaan, dan bersiap-siap menyambut
datangnya PHK besar-besaran. Misalnya industri baja nasional kian terpuruk.
Harga baja di pasar internasional dalam tiga bulan belakangan ini merosot
hingga 36,5%, dari sebelumnya US$ 1.150 menjadi US$ 730 per ton. Belum lagi,
persoalan lain yang harus dihadapi industri baja dalam negeri, seperti melemahnya
daya beli masyarakat.
DAMPAK KRISIS GLOBAL TERHADAP SEKTOR
PERTANIAN INDONESIA
Berbagai
media lokal maupun internasional secara terus menerus melaporkan dampak krisis
dan kelangkaan pangan di dunia yang indikasinya telah terlihat sejak awal tahun
ini. Sampai dengan akhir Maret 2008, sebagaimana dilaporkan FAO, telah terjadi
krisis pangan yang sangat serius di 36 negara dan 21 negara diataranya
merupakan negara di benua Afrika yang merasakan dampak paling serius bahkan
menyebabkan terjadinya kelaparan kronis dan beberapa kasus kematian.
Dalam
Perkembangan Krisis Global saat ini tidak ada satupun Industri yang ada di
Indonesia cukup kuat pondasinya untuk mempertahankan kelangsungan produksinya,
tanpa terkecuali industri pupuk dalam negeri. Karena Semua Industri Indonesia
khususnya yang berbasiskan bahan baku kimia itu di dapatkan dari import,
artinya kandungan lokalnya (Bahan Baku Lokal) tidak lebih dari 20%-30% yang
dihasilkan oleh Indonesia untuk suplai industri dalam negeri. Di Sisi yang
lain, transaksi dalam Perdangangan Internasional alat tukarnya masih mengunakan
Dollar AS. Terhadap kenaikan harga global, harga pangan di Indonesia cenderung
lebih stabil kecuali untuk minyak goreng dan kedelai. Bila Indonesia impor,
maka ancaman di depan mata adalah kenaikan harga beras akibat kenaikan harga
global 133% dalam periode januari-mei 2008 (FAO: Food Outlook, Mei 2008).
Akibat atas krisis dan kelangkaan pangan dunia juga semakin diperparah dengan
tindakan beberapa negara produsen pangan utamanya padi yang membatasi bahkan
menghentikan permintaan impor dari negara lain.
No comments:
Post a Comment